BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Thomas W.
Zimmer (1996) “Entreprenership
is the result of disiplined, systematic proces of applying creativity and
innovations to needs and opportunities in the marketplace “, kewirausahaan merupakan
hasil dari suatu disiplin, proses sistematis penerapan kreativitas dan inovasi
dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar.
Berawal dari seorang buruh, tujuan buruh dan
wirausahawan hampir sama. Mereka sama-sama melakukan usaha-usaha dan meramu
sumber daya demi kepentingan hidupnya. Usaha tersebut bisa berupa berdagang,
memasarkan produk orang lain atau menciptakan usaha sendiri. Contoh usaha yang
sering kita temui yaitu home industry.
Istilah home industry atau usaha di rumah adalah
tempat tinggal yang merangkap tempat usaha, baik berupa usaha jasa, kantor
hingga perdagangan. Dilihat dari
perangkat manajemennya, bahwa dalam usaha kecil kontrol atau pengawasannya
biasanya informal. Deskripsi pekerjaan dan aturan-aturan tidak tertulis. Pemilik
masih mudah mengontrolnya.
Usaha kecil yang penulis teliti adalah usaha tempe dan
tahu yang berada di pasar tradisional Jrakah, Semarang. Usaha tersebut sesuai
kriteria usaha kecil, yaitu modalnya
relatif kecil, lokasi kerja dan pemasaran bersifat lokal serta jumlah karyawannya sedikit. Usaha kecil milik Sunarto itu pernah
mengalami masa pasang surutnya modal ketika pertama kali usaha tempe dan
tahunya dimulai.
Sunarto mempunyai inovasi serta keberanian dalam
mengambil resiko. Oleh karena itu, setiap aspek yang dilakukannya menimbulkan
peluang. Peluang muncul dari masalah, ia menghadapi berbagai macam masalah
karena ia tahu bahwa setiap masalah pasti ada penyelesaian. Sebab semua masalah
memerlukan solusi, alternatif pemecahan dan jalan keluar dapat memberikan nilai
ekonomis bagi yang mampu menawarkannya sesuai kebutuhan yang ada.
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mendapatkan wawasan baru,
2. Untuk mengetahui usaha home industry,
3. Untuk mengetahui profil usaha Sunarto,
4. Untuk menelusuri sejarah berdirinya usaha
Sunarto
5. Untuk dapat menjelajahi perkembangan usaha
tempe dan tahu.
6. Untuk mencari tahu kiat-kiat menjadi
wirausaha yang baik.
C. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini yaitu :
1.
Untuk
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama meneliti dengan membuat laporan
penelitian secara sistematis.
2.
Meambah keyakinan dalam pemecahan suatu masalah. Hasil
dari sebuah penelitian yang dilakukan akan sangat membantu dalam menentukan
kebijakan-kebijakan atau keputusan yang nantinya akan diambil dalam
menyelesaikan penelitian tersebut.
BAB II
METODE PENGUMPULAN DATA
A.
Observasi
Observasi adalah usaha memperoleh dan mengumpulkan data dengan melakukan
pengamatan terhadap suatu kegiatan acara akurat serta mencatat fenomena yang
muncul dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena tersebut.[1]
B.
Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) dan yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.[2]
Teknik ini digunaka untuk memperoleh informasi-informasi dari sumber-sumber
data yaitu mengenai produksi tempe dan tahu milik Sunarto.
C.
Dokumentasi
Dalam buku yang ditulis oleh Prof. Dr. Lexy J. Moeleng yaitu metode
penelitian kualitatif mendefinisikan bahwa dokumentasi adalah pengambilan data
yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.[3]
Penulis menggunakan data-data dan sumber-sumber yang ada hubungannya dengan
masalah yang dibahas. Sedangkan data-data ini, penulis peroleh dari profil dan
buku-buku yang berada di perpustakaan UIN Walisongo Semarang.
D.
Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisir data,
memilah-molahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, menemukan apa yang penting
dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain.[4]
Proses analisis data dimulai dengan menelusuri
seluruh data yang tersedia dari berbagai suber, yaitu pengamatn yang sudah
ditulis dalam catatan wawancara.
E.
Kegiatan yang dilakukan (jadwal kegiatan)
Penelitian ini penulis laksanakan pada :
Hari :
Jumat dan Minggu
Tanggal :
11/13 November 2016
Tempat : Pasar Jrakah
dan rumah Sunarto
BAB III
HASIL PENELITIAN
A.
Profil Usaha Tempe
Pada
umumnya, tempe merupakan makanan yang terbuat dari kacang kedelai yang
difermentasikan. Masyarakat Indonesia mengenalnya sejak lama dan menjadikan
makanan ini menjadi makanan pokok dengan beragam cara mengolah seperti di
goreng, oseng, sayur dan sebagainya. Tempe sangat mudah dibeli karena harganya
relatif murah. Salah satu tempat pembuatan tempe yaitu pada home industry.
Profil home industry yang penulis teliti sebagai berikut:
Nama Usaha
|
:
|
Tempe
Tahu Sunarto
|
No. Telpon
|
:
|
081225529395
|
Email
|
:
|
-
|
Jenis Usaha
|
:
|
Perdagangan
|
Bentuk Usaha
|
:
|
Home
Industry
|
Nama Pemilik
|
:
|
Sunarto
|
Jml
Karyawan
|
:
|
2
|
Catatan :
1.
Kelebihan (Kekuatan) :
a.
Tempat penjualan strategis.
b.
Tempe dan tahu memiliki rasa enak.
c.
Mempunyai pelanggan tetap.
2.
Kekurangan (Kelemahan)
a.
Laba tempe tidak bisa dipastikan seperti laba tahu.
b.
Bergantung pada cuaca
B.
Sarana dan Prasrana
Sarana
yang tersedia di tempat produksi adalah adanya air bersih untuk melakukan
produksi dan adanya listrik yang memadai.Selain itu, prasarana yang terdapat
pada usaha ini dalam keadaan baik, antara lain:
1.
Ember atau Tong
Ember
berfungsi sebagai wadah untuk mencuci kacang kedelai yang akan direbus, sebagai
tempat kedelai yang sudah masak, dan tempat kedelai yang sudah digiling.
2.
Tungku
Tungku
adalah alat yang digunakan untuk merebus kacang kedela. Biasanya menggunakan
kayu sebagai bahan bakar. Namun jika ingin menyingkat waktu, Sunarto
menggunakan bahan bakar gas.
3.
Mesin Penggiling
Mesin
ini digunakan dalam proses penggilingan kedelai yang sudah di rebus, mesin ini
dilengkapi dengan diesel untuk dapat beroperasi.
C.
Sejarah Berdirinya Usaha Tempe
Lokasi
home indusry terletak di daerah Krobokan,
Semarang Barat. Home industry yang berdiri sejak tahun 1981 ini didirikan oleh
Sunarto. Sebelum menjadi seorang pengusaha, ia adalah seorang buruh yang
membantu bosnya membuat tempe. Ia menjadi buruh usaha tempe pada tahun 1973.
Adanya fasilitas seperti tempat tinggal gratis membuat Sunarto menekuni
pekerjaannya sebagai pengusaha tempe. Selama bekerja, ia tidak mengharapkan upah
sebab prinsipnya yang terpenting adalah bisa belajar. Saat itu karyawan wajib
menyetorkan penghasilan perhari kepada atasannya. Setelah bisa menghasilkan
setoran 10kg dalam sehari akhirnya ia memutuskan untuk memproduksi tempe
sendiri.
Pada
awal usahanya ia hanya memproduksi beberapa kilogram kacang kedelai. Selama 2
tahun mendirikan usaha ini, Sunarto dapat
mengolah kacang kedelai hingga1,5 kuintal. Begitu pula dengan tahu, ia membeli
tahu dari pabrik kemudian ia jual kembali kepada konsumen. Mulanya ia hanya
dapat menjual 1 tong tahu , sekranag ia dapat menjual sampai 10 tong tahu dalam
waktu satu hari.
Leon
Wars
mengatakan bahwa ada empat faktor produksi, yaitu tenaga kerja, pemilik lahan,
kapitalis dan entrepreneur. Untuk entrepreneur dan kapitalis, mereka memiliki
peran yang berbeda. Koordinasi dan
penegaasan tidak termasuk ke dalam tugas seorang entrepreneur karena tugas
tugas tersebut telah dilimpahkann kepada manajer.[5]
Dalam home industry ini, Sunarto berpera sebagai menejer.
Sunarto mengatakan, perjuangan menjajakan tempe sangat berat, butuh
bertahun-tahun untuk dapat menjadi pribadi yang mandiri. Bermula dari seorang
buruh menjadi wirausahawan, ia menghabiskan waktu selama 8 tahun. Seseorang dikatakan berhasil jika usaha yang ia
dirikan berjarak antara 5-10 tahun, dan
dikatakan gagal jika lebih dari 10 tahun.
Menurut
Sunarto, kunci dari keberhasilan adalah sabar, tlaten, ulet. Hal inilah yang
membuat usahanya semakin berkembang. Modalnya
bertambah sehingga produksipun ikut meningkat. Ia tidak pernah putus asa dalam menjalani bisnis ini.
Sebab segala sesuatu memiliki tujuan yang harus dicapai.
D.
Deskripsi Usaha Tempe dan Tahu
Produk
tempe dan tahu merupakan usaha Sunarto sejak tahun 1981 sampai sekarang. Ia
menggunakan bahan dasar kedelai seperti pada umumnya. Kacang kedelai yang
diolah adalah kacang kedelai pilihan. Sunarto memilih kedelai yang bagus dan
berkualitas tinggi, karena kacang tersebut berpengaruh pada hasil tempe.
Ciri-ciri
kedelai yang berkualitas yaitu berwarna kuning merata agak kecoklatan, bentunya
bulat, kering, padat dan cukup tua. Disamping itu bahan baku lainnya juga harus
memenuhi syarat seperti ragi berkualitas, sarana dan prasarana yang bersih dan
air yang tidak mengandung kaporit. Air yang digunakan sebaiknya air bersih dari
sumbernya agar fermentasi berhasil dengan baik.
Cara singkat pembuatan
tempe adalah sebagai berikut:
Proses
Pembuatan
|
Gambar
|
1.
Menyiapkan alat dan bahan.
2.
Memilih kedelai, untuk mendapatkan terbaik kedelai yang digunakan
adalah pilihan.
3.
Membersihkan atau mencuci kedelai dengan air bersih.
|
|
4.
Merebus
kedelai yang telah dicuci kedalam iar selama 1 jam untuk 15-20 kg kedelai.
|
|
5.
Mengangkat
dan mendinginkan kedelai.
|
|
6.
Menggiling
kedelai yang telah didinginkan.
7.
Menambahkan 1 sendok makan asam laknat (ragi), mendiamkan selama 12
jam untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
|
|
8.
Menimbang dan membungkus kedelai.
|
|
E.
Pemasaran Usaha Tempe dan Tahu
Dalam
memasarkan produk tempe dan tahu, Sunarto
menjualnya di pasar tradisional tepatnya pasar Jrakah Ngaliyan, Semarang. Murah
atau mahalnya harga tahu, dijual berdasarkan harga dari pabrik. Harga pertong
dipatok mahal jika potongan tahu berukuran besar dan sebaliknya. Satu bungkus tahu berukuran besar dihargai
Rp 5.000. Berbeda dengan
tempe, jika harga kedelai mengalami kenaikan, ukuran tempe diperkecil dari ukuran
biasanya. Sunarto menghargai tempe tidak terlalu
murah dan tidak terlalu mahal, ia mengambil nilai tengah dari pedagang lainnya
yaitu Rp 2.500 s/d Rp 5.000. Sunarto lebih mementingkan kualitas dan barang yang
berkualitas bagus sampai ke tangan pembeli.
Salah
satu aspek untuk mencapai keunggulan bersaing adalah melakukan analisis
terhadap posisi produk atau jasa[6],
dilihat dari naik turunnya produk di pasaran. Dengan mengetahui lebih pasti
megenai proses perkembangan produk, maka akan lebih mudah menentukan strategi
untuk kedepannya.
F.
Perkembangan
Usaha tempe dan tahu yang dijalankan Sunarto mengalami perkembangan
dengan beberapa tahap. Modal awal yang ia dapat saat itu cukup rendah. Dirinya
sangat gigih dalam mencapai kesuksesan sehingga dengan modal itu ia tidak
pernah berputus asa. Kali pertama ia menjalani usaha yaitu didampingi oleh
istri tercinta. Selama menempuh jerih payah usaha ini, kemudian Sunarto mampu
mengajak 2 orang untuk dijadikannya sebagai karyawan.
Sebelum sukses, ia hanya menempati sebuah rumah kontrakan. Namun pada
tahun 1983, ia dapat membangun rumah di daerah Semarang Barat beserta mencicil
isi dari rumah tersebut. Dan sampai sekarang rumah tersebut dijadikan tempat
produksi tempe dan tahu. Tak hanya itu, ia juga dapat membeli kendaraan beroda
empat.
G.
Manajemen
1.
Manajemen Operasional. Di dalam usaha tempe dan tahu
hanya terdapat pemegang usaha yaitu Sunarto selaku pendiri usaha dan dua dari
keempat anaknya yang memroduksi tempe dan tahu.
2.
Manajemen Kepegawaian. Dalam manajemen ini, pegawai
harus mengolah kedelai dari awal hingga menjadi tempe. Proses pembuatan tempe
wajib mereka kerjakan. Mereka bekerja setiap hari yakni mulai pukul 08.00 s/d
15.00 WIB, waktu tidak menentu, kapanpun bisa berubah.
3.
Manajemen Keuangan. Pemasukan atau pengeluaran dalam
usaha ini, dipegang dan dikelola sendiri oleh pemilik.
4.
Manajemen Pemasaran. Tempe dan tahu yang diproduksi
oleh Sunarto dipasarkan di Jrakah Ngaliyan Semarang, tepatnya di kios tempe
lantai II. Dagangannya diletakkan pada meja yang sudah tersedia di kios
tersebut. Ia mulai memasarkannya dari subuh hingga pukul 10.00 WIB.
BAB IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Tempe merupakan
makanan yang terbuat dari kacang kedelai yang difermentasikan. Sunarto mendirikan home industry sejak
tahun 1981. Dalam memasarkan
produk tempe dan tahu, Sunarto menjualnya
di pasar Jrakah Ngaliyan, Semarang. Untuk menjajakan tempe, sangat dibutuhkan perjuangan.
Memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat menjadi pribadi yang mandiri.
B.
Saran
Ketika berwirausaha, janganlah menjadi orang yang berputus asa. Sebab,
usaha tidak akan membohongi hasil. Apalagi jika mengalami kegagalan, dibutuhkan
kekuatan agar bisa berdiri lagi seperti sedia kala. Jadikanlah kegagalan
tersebut menjadi sebuah pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 2011, Metode
Penelitian Survai, Jakarta:
Katalog Dalam Terbitan.
Moelang,
Lexy J, 1993, Metode
Penelitian Kualitatif, Bandung:
Rodakarya.
Husaini,
Usman, 2010, Metode Penelitian Sosial, Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Leonardus
Saiman, Kewirausahaan, Jakarta : Salemba Empat.
[1]
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta:
Katalog Dalam Terbitan, 2011). Hlm 3
[2]
Lexy J. Moeleng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rodakarya, 1993).
hlm 186
[3] Ibid,
Moeleng, hlm 248
[4]
Usman, Husaini, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2010). Hlm 73
[5]
David S. Kodrat, Entrepreneurship, (Jakarta : Erlangga) hlm 26
[6]
Leonardus Saiman, Kewirausahaan, (Jakarta : Salemba Empat), hlm 125
0 comments:
Post a Comment