Thursday, 4 February 2016

Daulah Bani Abbasiyah

BAB l
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG
Dinasti Bani Abasiyah merupakan dinasti yang berkuasa selama kurang lebih 507 tahun (132-656 H atau 750-1257 M). Dinamakan dinasti Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya adalah keturunan al-Abas paman nabi Muhammad SAW. Pendiri dinasti ini adalah Abdullah as- Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abas sekaligus sebagai kholifah pertama. (Fatah syukur, 2011 : 90)
Zaman pemerintahan Abbasiyah merupakan puncak zaman sejarah Islam. Masa daulah Bani Abbasiyah adalah masa keemasaan Islam, karena pada zaman ini banyak kesuksesan yang dicapai oleh Bani Abbasiyah dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, sistem militer, dan perkembangan peradaban ilmu pengetahuan.
Kemunduran daulah Bani Abbasiyah dimulai sejak periode dua dan berakhir pada periode lima. Terdapat faktor faktor penyebab kemunduran yang tidak datang secara tiba tiba. Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas, terlihat bahwa apabila khalifah kuat, para menteri cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil, tetapi jika khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan.

B.    RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana sejarah kelahiran daulah Bani Abbasiyah?
2.      Bagaimana sistem politik dan ekonomi, sistem sosial budaya pada zaman daulah Bani Abbasiyah?
3.      Bagaimana perkembangan peradaban ilmu pengetahuan pada zaman daulah Bani Abbasiyah?
4.      Apa saja penyebab kemunduran dan kehancuran daulah Bani Abbasiyah?

C.    TUJUAN
1.      Mengkaji lebih dalam sejarah kelahiran daulah Bani Abbasiyah.
2.      Mengetahui sistem politik dan ekonomi, sistem sosial budaya pada zaman daulah Bani Abbasiyah.
3.      Mengetahui perkembangan peradaban ilmu pengetahuan pada zaman daulah Bani Abbasiyah.
4.      Mengetahui penyebab kemunduran dan kehancuran daulah Bani Abbasiyah.



BAB  II
PEMBAHASAN


A.    SEJARAH KELAHIRAN DAULAH ABBASIYAH
Nama dinasti Abbasiyah diambil dari salah satu nama salah seorang dari paman Nabi Muhammad SAW yang bernama al-Abbas Ibn Abd al-Muttalib Ibn Hasyim. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung rentang waktu yang panjang dari tahun 132 H s/d 656 H 1258 M ).Orang Abbasiyah merasa lebih berhak daripada Bani Umayah atas Kekhalifahan Islam, sebab mereka adalah dari cabang Bani Hasyim yang secara nasab keturunan lebih dekat dengan Nabi. Menurut mereka orang Umayah secara paksa menguasai khilaifah melalui tragedi perang Siffin. Oleh karena itu, untuk mendirikan dinasti Abbasiyah mereka mengadakan yang luar biasa melakukan pemberontakan terhadap dinasti Umayah.
Telah dijelaskan, bahwa saat kekhalifahan Umayah dipegang Umar II gerakan bawah tanah yang merupakan rival politiknya menyusun kekuatan. Salah satu kekuatan politk yang kontra dengan kebijakan “Machiavellian” model Umayah adalah para pengikut Nabi dari keturunan Bani Abbas. Akan tetapi sebagai sarana propaganda, mereka tidak menyebutkan diri sebagai keluarga Bani Abbas, namun menggunakan jargon dan symbol Bani Hasyim. Dengan demikian mereka dapat merangkum baik kelompok Syi’ahtu Ali maupun Syi’ahtu Abbas. Kedua kelompok inilah yang pada akhirnya melandasi berdirinya Kekhalifahan Abbas.

B.     PERADABAN DAULAH ABASIYAH
  1. Sistem Politik
Pemerintahan Abbasiyah berdiri sejak tahun 132 H hingga tahun 656 H Masa pemerintahannya selama 524 tahun. Pada tahun 656 H kaum Tatar melanggar dunia Islam, membunuh Khalifah Abbasiyah serta kaum keluarganya dan mengumumkan berakhirnya pemerintahan Abbasiyah.
Bani Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan selama tiga abad, mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyemburkan ilmu pengetahuan dan pengembangan budaya Timur Tengah. Tetapi pada tahun 940 kekuatan kekhalifahan menyusut ketika orang-orang non-Arab memisahkan diri, khususnya orang Turki (dan kemudian diikuti oleh orang Mamluk di Mesir pada pertengahan abad ke-13), mulai mendapatkan pengaruh dan mulai memisahkan diri dari kekhalifahan.
Meskipun begitu, kekhalifahan tetap bertahan sebagai simbol yang menyatukan dunia islam. Pada masa pemerintahannya, Bani Abbasiyah mengklaim bahwa dinasti mereka tidak dapat di saingi. Namun kemudian Said ibn Husain, seorang muslim syi’ah dari dinasti Fathimiyah yang mengaku anak perempuannya adalah keturuan Nabi Muhammad, mengklaim dirinya sebagai khalifah pada tahun 909, sehingga timbul kekuasaan ganda di daerah Afrika Utara. Pada awalnya dia hanya menguasai Maroko, Aljazair, Tunisia dan Libya. Namun kemudian, ia mulai memperluas daerah kekuasaannya sampai ke Mesir dan Palestina, sebelum akhirnya Bani Abbasiyah berhasil merebut kembali daerah yang sebelumnya telah mereka kuasai, dan hanya menyisakan Mesir sebagai daerah kekuasaan Bani Fathimiyah. Dinasti Fathimiyah kemudian runtuh pada tahun 1171 M. Sedangkan bani Umayyah bisa bertahan dan terus memimpin komuntas islam di Spanyol, kemudian mereka mengklaim lagi gelar khalifah pada tahun 929 M, sampai akhirnya di jatuhkan lagi pada tahun 1031 M.
Muhammad ibn Ali cicit dari Abbas menjalankan kampanye untuk mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi pada zaman pemerintahan khalifah Umar ibn Abdul Aziz. Pada masa pemerintahan Marwan II, pertentangan ini semakin memuncak  dan akhirnya pada tahun 750, Abu al-Abbas al- Saffah, menang melawan pasukan bani  Umayyah dan kemudian dilantik sebagai khalifah.
Pemerintahan bani Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah Umayyah, dimana pendiri dari khilafah ini adalah keturunan al-Abbas, paman Nabi Muhammad SAW, yaitu Abdullah ibn al-Saffah, ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas, dimana pola pemerintahan yang di terapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya.
Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang di terapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan sosial, politik dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para sejarawan membagi masa pemerintahan bani Abbas  menjadi lima periode :
a.       Periode pertama (132-232 H / 750-847 M), di sebut periode pengaruh Arab dan Persia pertama.
b.      Periode kedua (232-334 H / 847-945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama.
c.       Periode ketiga (334-447 H / 945-1055 M), masa kekuasaan dinasti bani Buwaih dalam pemerintahan bani Abbasiyah . periode ini juga disebut dengan masa pengaruh Persia kedua.
d.      Periode ke empat (447-590 H / 1055- 1194 M), masa kekasaan dinasti bani saljuk dalam pemerintahan khilafah bani Abbaiyah, biasanya juga disebut masa pengaruh Turki kedua (dibawah kendali) kesultana bani Saljuk (Salajiqoh al-Kubra/Seljuk agung).
e.       Periode kelima (590-656 H / 1194-1258 M), mmasa khallifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Baghdad (invasi dari Tar-Tar, dan ekspansi bani Utsmani secara besar-besaran).
2.      Sistem Ekonomi
Kehidupan pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari zaman sebelumnya. Masyarakat yang ada pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah terbagi menjadi dua kelas yaitu: kelas khusus dan kelas umum.
Sedangkan kemajuan dalam bidang ekonomi ini bisa dilihat dari berkembangnya keuangan kas negara yang banyak. Pada masa pemerintah Daulah Abbasiyah, sistem perekonomian dibangun dengan menggunakan sistem ekonomi pertanian, peindustrian dan perdagangan.
a.       Perkembangan perdagangan dan Industri
Ekonomi imperium Abbasiyah paling dominan digerakkan oleh perdagangan. Sudah terdapat berbaai macam industri seperti kain linen di mesir, sutra dari syiria dan irak, kertas dari samarkand, serta berbagai produk pertanian seperti gandum dari mesir dan kurma dari Iraq. Hasil- hasil industri dan pertanian ini di perdagangan berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyah dan negara lain.
Karena Industralisasi yang muncul diperkotaan ini. Urbanisasi tak dapat dibendung lagi. Selain itu, perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia dan Sudan Barat melambungkan perekonomian Abbasiyah.
Perdagangan dengan wilayah - wilayah lain merupakan hal yang sangat penting secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah. Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga hubungan perdagangan antara keduanya menambah semaraknya kegiatan perdagangan dunia.
 Permulaan masa kepemimpinan Bani Abbasiyah. Perbendaharaan negara penuh dan berlimpah – limpah, uang masuk lebih banyak dari pada pengeluaran. Yang menjadi Khalifah adalah Mansyur, dia betul – betul telah meletakan dasar-dasar yang kuat bagi ekonomi dan keuangan negara. Dia mencontohi khalifah Umar bin Khattab dalam menguatkan islam.  Keberhasilan itu antara lain:
1.      Pertanian, khalifah membela dan menghormati kaum tani, bahkan meringankan pajak hasil bumi mereka, dan ada beberapa yang di hapuskan sama sekali.
2.      Perindustrian, khalifah menganjurkan untuk beramai-ramai membangun berbagai industri, sehingga terkenallah beberapa kota dan industri industrinya.
3.      Perdagangan, segala usaha di tempuh untuk memajukan perdagangan seperti:
a.       Membangun dan tempat-tempat istirahat di jalan-jalan yang dilewati kafilah dagang.
b.      Membangun armada-armada dagang.
c.       Membangun armada : untuk melindungi partai-partai negara dari serangan bajak laut.
b.      Perkembangan bidang pertanian
Pertanian maju pesat pada awal pemerintahan Dinasty Abbasiyh karena pusat pemerintahannya berada di daerah yang sangat sabar, di tepian sungai yang dikenal dengan nama sawad. Pertanian merupakan sumber utama pemasukan negara dan pengolahan tanah hampir sepenuhnya dikerjakan oleh penduduk asli, yang setatusnya mengalami peningkatan pada masa rezim baru. Lahan-lahan pertanian yang terlantar dan desa-desa yang hancur di berbagai wilayah kerajaan diperbaiki dan dibangun secara perlahan-lahan. Mereka membangun saluran irigasi baru sehingga membentuk ‘’jaringan yang sempurna’’
Tanaman asal irak terdiri atas gandum, padi, kurma, dan rami, daerah yang sangat subur berada dibantaran tepian sungai ke selatan, sawad, yang menumbuhkan berbagai jenis buah dan sayuran, yang tumbuh didaerah panas maupun dingin. Kacang, jeruk, terong, tebu, dan beragam bunga, seperti  bunga mawar dan violet juga tumbuh subur.
Usaha-usaha tersebut sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan perdagangan dalam dan luar negri. Akibatnya kafilah-kafilah dagang kaum muslimin selintas segala negri dan kapal-kapal dagangnya mengarungi tujuh lautan.
Akan tetapi khaliffah Abbasiyah mulai mengalami kemunduran ekonomi seiring dengan kemunduran dibidang politik. Pada periode ke II dan seterusnya pendapatan negara menurun  sementara pengeluran meningkat lebih besar. Ini di sebabkan karena wilayah kekuasaan yang semakin sempit (Badri Yatim, 2010 :82).
C.    PENGEMBANGAN PERADABAN ILMU
  1. Ilmu Kedokteran
Ilmu kedokteran merupakan salah satu ilmu yang mengalami perkembangan yang sangat pesat pada masa Bani Abbasiyah. Pada masa itu telah didirikan apotek pertama di dunia, dan juga telah didirikan sekolah farmasi. Tokoh-tokoh Islam yang terkenal dalam dunia kedokteran antara lain Al-Razi dan Ibnu Sina.
  1. Filsafat
Proses penerjemahan yang dilakukan umat Islam pada masa Dinasti Bani Abbasiyah mengalami kemajuan cukup besar. Para penerjemah tidak hanya menerjemahkan ilmu pengetahuan dan peradaban bangsa-bangsa Yunani, Romawi, Persia, Syiria tetapi juga mencoba mentransfernya ke dalam bentuk pemikiran. Tokohnya antara lain adalah al-Kindi, Abu Nasr al-Faraby, Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, Ibnu Thufail, al-Ghazali dan Ibnu Rusyd.
  1. Ilmu Hadist
Diantara tokoh yang terkenal di bidang ini adalah Imam bukhari, hasil karyanya yaitu kitab al-Jami’ al-Shahih al-Bukhari. Imam muslim hasil karyanya yaitukitab al-Jami’ al-shahih al-muslim, ibnu majjah, abu daud, at-tirmidzi dan al-nasa’i.

D.    KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN BANI ABBASIYAH
Berakhirnya kekuasaan dinasti Seljuk atas Baghdad atau khalifah Abbasiyah merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan dinasti tertentu, walaupun banyak sekali dinasti Islam berdiri. Ada diantaranya yang cukup besar, namun yang terbanyak adalah dinasti kecil. Pada khalifah Abbasiyah, sudah merdeka dan berkuasa kembali, tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan khalifah yang sempit ini menunjukkan kelemahan politiknya. Pada masa inilah tentara Mongol dan Tatar menyerang Baghdad. Kehancuran Baghdad akibat serangan tentara Mongol ini adalah awal babak baru dalam sejarah Islam, yang disebut masa pertengahan.
Dalam periodisasi Abbasiyah, masa kemunduran dimulai sejak periode kedua. Namun demikian, faktor faktor penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba tiba. Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas, terlihat bahwa apabila khalifah kuat, para menteri cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil, tetapi jika khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan.[1]
Banyak faktor yang menyebabkan khalifah Abbasiyah menjadi mundur, masing masing faktor tersebut sangat berkaitan satu sama lain. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Persaingan antar bangsa
Khalifah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang orang Persia. Persekutuan dilatar belakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa Bani Ummayah berkuasa. Setelah khalifah Abbasiyah berdiri, dinasti Bani Abbas telah mempertahankan persekutuan itu. Menurut Styzewska, ada dua sebab dinasti Bani Abbas memilih orang orang Persia daripada orang orang Arab. Pertama, sulit bagi orang orang Arab untuk melupakan Bani Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu. Kedua, orang orang Arab sendiri terpecah belah dengan adanya ‘ashabiyyah kesekutuan. Dengan demikian, khilafah Abbasiyah tidak ditegakkan di atas ‘ashabiyah tradisional.
Meskipun demikian, oarng orang Persia tidak merasa puas. Mereka menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara itu, bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka adalah darah (ras) istimewa dan mereka menganggap bangsa non Arab di dunia Islam.
Selain itu , wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang berbeda, seperi Maroko, Mesir, Syira, Irak, Persia, Turki dan India.
Kecenderungan masing masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi, karena para khalifah adalah orang orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan kekuatan, stabilitas politk dapat terjaga. Setelah Al-Mutawakil, seorang khalifah yang lemah, naik tahta, dominasi tentara Turki tak terbendung lagi. Sejak itu, kekuasaan Bani Abbas sebenarnya sudah berakhir. Kekuasaan berada di tangan orang orang Turki. Posisi ini kemudian direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia, pada periode ketiga, dan selanjutnya beralih kepada dinasti Saljug pada periode keempat.
2.      Kemerosotan Ekonomi
Khalifah Abbasiyah mengalami kemunduran di bidang ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar. Pertambahan dana yang besar diperoleh antara lain dari al-kharaj, semacam pajak dari bumi.
Setelah khalifah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara menurun, sementara pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunnya pendapatan negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat, diperingannya pajak, dan benyaknya dinasti dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan, pengeluaran membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah, jenis pengeluaran makin beragam dan para pejabat melakukan korupsi.
Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara berantakan. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah kekuatan politik Bani Abbasiyah, kedua factor tersebut saling berkaitan dan tak terpisahkan.
3.      Konflik Keagamaan
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan. Karena cita cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka mempropagandakan ajaran Manuisme, dan Mazdakisme. Munculnya gerakan yang dikenal dengan gerakan Zindiq ini menggoda rasa keimanan para khalifah. Al-Manshur berusaha keras memberantasnya. Al-Mahdi bahkan merasa perlu mendirikan jawatan khusus untuk mengawasi kegiatan orang orang Zindiq dan melakukan mihnah (ujian) dengan tujuan untuk memberantas bidah. Konflik antara kaum beriman dengan golongan Zindiq berlanjut mulai dari bentuk yang sederhana seperti, polemic tentang ajaran, sampai kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah di kedua belah pihak, contohnya adalah  gerakan al-Afsyin dan Qaramithah.
Pada saat gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung di balik ajaran Syi’ah, sehingga banyak ajaran Syi’ah yang dipandang ekstrem dan dianggap menyimpang oleh penganut Syi’ah sendiri. Aliran Syi’ah memang dikenal sebagai aliran politik dalam Islam yang berhadapan dengan paham Ahlussunnah. Antara keduanya, sering terjadi konflik yang kadang kadang melibatkan penguasa. Al-Mutawakkil     , misalnya, memerintahkan agar makan Husein di Karbela dihancurkan.
Faktor faktor eksternal yang menyebabkan khilafah Abbasiyah lemah dan akhirnya hancur. Pertama, perang salib, yang berlangsung beberapa gelombang atau periode yang menelan banyak korban. Kedua, serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam. Sebagian telah disebutkan, orang orang Kristen Eropa terpanggil untuk ikut berperang setelah Paus Urbaus II (1088-1099 M) mengeluarkan fatwanya. Perang Salib juga membakar semangat perlawanan orang orang Kristen yang berada di wilayah kekuasaan Islam. Namun, diantara komunitas-komunitas Kristen Timur, hanya Armenia dan Maronit Lebanon yang tertarik dengan perang Salib dan melibatkan diri dalam tentara Salib itu.[2]


BAB III
PENUTUP
Simpulan
Daulah Bani Abbasiyah diambil dari nama Al-Abbas bin Abdul Muntholib, paman Nabi Muhammad SAW. Pendirinya adalah Abdullah As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas, atau lebih dikenal dengan sebutan Abul Abbas As-Saffah. Daulah Bani Abbasiyah berdiri antara tahun 132-656 H/ 750-1258 M. Lima setengah abad lamanya keluarga Abbasiyah menduduki singgahsana khalifah Islamiyah. Pusat pemerintahan Bani Abbasiyah terletak di kota Baghdad. Pada zaman pemerintahan Bani Abbasiyah kesuksesan yang dicapai oleh Bani Abbasiyah dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, sistem militer, dan perkembangan peradaban ilmu pengetahuan.
Pada periode kelima, dinasti Abbasiyah mengalami kemunduran, diantaranya wilayah kekuasaan khalifah di Baghdad yang sempit menunjukkan kelemahan politiknya.















DAFTAR PUSTAKA
Lapidus Ira M, 1999, Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Al-Usairy Ahmad, 2003, Sejarah Islam, Jakarta Timur : Akbar Media
Supriyadi, Dedy. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Semarang : PT. Pustaka Rizki
Putra
Yatim Badri, 2010. Sejarah Perdaban Islam. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada





[1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 85
[2] Ibid, hlm 86-89.

Related Posts:

  • Daulah Bani Abbasiyah BAB l PENDAHULUAN A.    LATAR BELAKANG Dinasti Bani Abasiyah merupakan dinasti yang berkuasa selama kurang lebih 507 tahun (132-656 H atau 750-1257 M). Dinamakan dinasti Abbasiyah karena para pendiri da… Read More
  • Makalah Merumuskan Masalah Penelitian Menentukan Rumusan Masalah dalam Penelitian Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Dosen Pengampu : Kurnia Muhajarah, M.S.I &… Read More
  • INTEGRASI SAINS MENURUT ISMAIL RAJI AL FARUQI Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Falsafah Ilmu Kesatuan Dosen Pengampu: Dr. Ilyas Supena M.Ag Disusun oleh: 1.      Fahrur Rozi      … Read More
  • Makalah Virus Komputer MAKALAH VIRUS KOMPUTER Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Teknologi Komunikasi dan Informasi Dosen Pengampu : Muhammad Chodzirin, M. Kom. Disusun Oleh : 1. Raveno Hikmah I. N. R.   &… Read More
  • Home Industry Tempe Tahu Sunarto BAB I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Menurut Thomas W. Zimmer (1996) “Entreprenership is the result of disiplined, systematic proces of applying creativity and innovations to needs and opportunities … Read More

0 comments:

Post a Comment