BAB l
A.
LATAR BELAKANG
Dinasti Bani Abasiyah merupakan dinasti yang berkuasa selama
kurang lebih 507 tahun (132-656 H atau 750-1257 M). Dinamakan dinasti Abbasiyah
karena para pendiri dan penguasanya adalah keturunan al-Abas paman nabi
Muhammad SAW. Pendiri dinasti ini adalah Abdullah as- Saffah ibn Muhammad ibn
Ali ibn Abdullah ibn al-Abas sekaligus sebagai kholifah pertama. (Fatah syukur,
2011 : 90)
Zaman pemerintahan
Abbasiyah merupakan puncak zaman sejarah Islam. Masa daulah Bani Abbasiyah adalah
masa keemasaan Islam, karena pada zaman ini banyak kesuksesan yang dicapai oleh
Bani Abbasiyah dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, sistem militer, dan perkembangan peradaban ilmu pengetahuan.
Kemunduran
daulah Bani Abbasiyah dimulai sejak periode dua dan berakhir pada periode lima.
Terdapat faktor
faktor penyebab kemunduran yang tidak datang secara tiba tiba. Dalam sejarah
kekuasaan Bani Abbas, terlihat bahwa apabila khalifah kuat, para menteri
cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil, tetapi jika khalifah lemah,
mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan.
B. RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana sejarah kelahiran
daulah Bani Abbasiyah?
2.
Bagaimana sistem politik
dan ekonomi, sistem sosial budaya pada zaman daulah Bani Abbasiyah?
3.
Bagaimana perkembangan
peradaban ilmu pengetahuan pada zaman daulah Bani Abbasiyah?
4.
Apa saja penyebab
kemunduran dan kehancuran daulah Bani Abbasiyah?
C.
TUJUAN
1.
Mengkaji lebih dalam sejarah
kelahiran daulah Bani Abbasiyah.
2.
Mengetahui sistem politik
dan ekonomi, sistem sosial budaya pada zaman daulah Bani Abbasiyah.
3.
Mengetahui perkembangan
peradaban ilmu pengetahuan pada zaman daulah Bani Abbasiyah.
4.
Mengetahui penyebab
kemunduran dan kehancuran daulah Bani Abbasiyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH KELAHIRAN DAULAH
ABBASIYAH
Nama dinasti Abbasiyah diambil dari salah satu nama salah
seorang dari paman Nabi Muhammad SAW yang bernama al-Abbas Ibn Abd al-Muttalib
Ibn Hasyim. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad
ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung rentang waktu yang
panjang dari tahun 132 H s/d 656 H 1258 M ).Orang Abbasiyah merasa lebih berhak
daripada Bani Umayah atas Kekhalifahan Islam, sebab mereka adalah dari cabang
Bani Hasyim yang secara nasab keturunan
lebih dekat dengan Nabi. Menurut mereka orang Umayah secara paksa menguasai khilaifah melalui tragedi perang Siffin.
Oleh karena itu, untuk mendirikan dinasti Abbasiyah mereka mengadakan yang luar
biasa melakukan pemberontakan terhadap dinasti Umayah.
Telah
dijelaskan, bahwa saat kekhalifahan Umayah dipegang Umar II gerakan bawah tanah
yang merupakan rival politiknya menyusun kekuatan. Salah satu kekuatan politk
yang kontra dengan kebijakan “Machiavellian” model Umayah adalah para pengikut
Nabi dari keturunan Bani Abbas. Akan tetapi sebagai sarana propaganda, mereka
tidak menyebutkan diri sebagai keluarga Bani Abbas, namun menggunakan jargon
dan symbol Bani Hasyim. Dengan demikian mereka dapat merangkum baik kelompok Syi’ahtu Ali maupun Syi’ahtu Abbas. Kedua kelompok inilah yang pada akhirnya melandasi berdirinya
Kekhalifahan Abbas.
B.
PERADABAN DAULAH
ABASIYAH
- Sistem
Politik
Pemerintahan Abbasiyah berdiri sejak tahun 132 H hingga
tahun 656 H Masa pemerintahannya selama 524 tahun. Pada tahun 656 H kaum Tatar
melanggar dunia Islam, membunuh Khalifah Abbasiyah serta kaum keluarganya dan
mengumumkan berakhirnya pemerintahan Abbasiyah.
Bani Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan
selama tiga abad, mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan
menyemburkan ilmu pengetahuan dan pengembangan budaya Timur Tengah. Tetapi pada
tahun 940 kekuatan kekhalifahan menyusut ketika orang-orang non-Arab memisahkan
diri, khususnya orang Turki (dan kemudian diikuti oleh orang Mamluk di Mesir pada pertengahan abad ke-13), mulai mendapatkan
pengaruh dan mulai memisahkan diri dari kekhalifahan.
Meskipun begitu, kekhalifahan tetap bertahan sebagai simbol
yang menyatukan dunia islam. Pada masa pemerintahannya, Bani Abbasiyah
mengklaim bahwa dinasti mereka tidak dapat di saingi. Namun kemudian Said ibn
Husain, seorang muslim syi’ah dari dinasti Fathimiyah yang mengaku anak
perempuannya adalah keturuan Nabi Muhammad, mengklaim dirinya sebagai khalifah
pada tahun 909, sehingga timbul kekuasaan ganda di daerah Afrika Utara. Pada
awalnya dia hanya menguasai Maroko, Aljazair, Tunisia dan Libya. Namun
kemudian, ia mulai memperluas daerah kekuasaannya sampai ke Mesir dan Palestina,
sebelum akhirnya Bani Abbasiyah berhasil merebut kembali daerah yang sebelumnya
telah mereka kuasai, dan hanya menyisakan Mesir sebagai daerah kekuasaan Bani Fathimiyah.
Dinasti Fathimiyah kemudian runtuh pada tahun 1171 M. Sedangkan bani Umayyah bisa
bertahan dan terus memimpin komuntas islam di Spanyol, kemudian mereka mengklaim
lagi gelar khalifah pada tahun 929 M, sampai akhirnya di jatuhkan lagi pada
tahun 1031 M.
Muhammad ibn Ali cicit dari Abbas menjalankan kampanye untuk
mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi pada
zaman pemerintahan khalifah Umar ibn Abdul Aziz. Pada masa pemerintahan Marwan
II, pertentangan ini semakin memuncak
dan akhirnya pada tahun 750, Abu al-Abbas al- Saffah, menang melawan
pasukan bani Umayyah dan kemudian dilantik
sebagai khalifah.
Pemerintahan bani Abbasiyah merupakan kelanjutan dari
khilafah Umayyah, dimana pendiri dari khilafah ini adalah keturunan al-Abbas,
paman Nabi Muhammad SAW, yaitu Abdullah ibn al-Saffah, ibn Muhammad ibn Ali ibn
Abdullah ibn al-Abbas, dimana pola pemerintahan yang di terapkan berbeda-beda
sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya.
Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang di
terapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan sosial, politik dan budaya.
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para sejarawan membagi
masa pemerintahan bani Abbas menjadi
lima periode :
a.
Periode pertama (132-232 H / 750-847 M), di sebut periode
pengaruh Arab dan Persia pertama.
b.
Periode kedua (232-334 H / 847-945 M), disebut periode
pengaruh Turki pertama.
c.
Periode ketiga (334-447 H / 945-1055 M), masa kekuasaan
dinasti bani Buwaih dalam pemerintahan bani Abbasiyah . periode ini juga
disebut dengan masa pengaruh Persia kedua.
d.
Periode ke empat (447-590 H / 1055- 1194 M), masa kekasaan
dinasti bani saljuk dalam pemerintahan khilafah bani Abbaiyah, biasanya juga
disebut masa pengaruh Turki kedua (dibawah kendali) kesultana bani Saljuk
(Salajiqoh al-Kubra/Seljuk agung).
e.
Periode kelima (590-656 H / 1194-1258 M), mmasa khallifah
bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar
kota Baghdad (invasi dari Tar-Tar, dan ekspansi bani Utsmani secara
besar-besaran).
2. Sistem Ekonomi
Kehidupan pada masa
pemerintahan Daulah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari zaman sebelumnya.
Masyarakat yang ada pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah terbagi menjadi dua
kelas yaitu: kelas khusus dan kelas umum.
Sedangkan kemajuan
dalam bidang ekonomi ini bisa dilihat dari berkembangnya keuangan kas negara
yang banyak. Pada masa pemerintah Daulah Abbasiyah, sistem perekonomian
dibangun dengan menggunakan sistem ekonomi pertanian, peindustrian dan
perdagangan.
a. Perkembangan perdagangan dan Industri
Ekonomi imperium Abbasiyah paling
dominan digerakkan oleh perdagangan. Sudah terdapat berbaai macam industri
seperti kain linen di mesir, sutra dari syiria dan irak, kertas dari samarkand,
serta berbagai produk pertanian seperti gandum dari mesir dan kurma dari Iraq.
Hasil- hasil industri dan pertanian ini di perdagangan berbagai wilayah
kekuasaan Abbasiyah dan negara lain.
Karena
Industralisasi yang muncul diperkotaan ini. Urbanisasi tak dapat dibendung
lagi. Selain itu, perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang
dari Nubia dan Sudan Barat melambungkan perekonomian Abbasiyah.
Perdagangan
dengan wilayah -
wilayah lain merupakan hal yang sangat penting secara bersamaan dengan kemajuan
Daulah Abbasiyah. Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa puncak kejayaan
sehingga hubungan perdagangan antara keduanya menambah semaraknya kegiatan
perdagangan dunia.
Permulaan masa kepemimpinan Bani Abbasiyah.
Perbendaharaan negara penuh dan berlimpah – limpah, uang masuk lebih banyak
dari pada pengeluaran. Yang menjadi Khalifah adalah Mansyur, dia betul – betul
telah meletakan dasar-dasar yang kuat bagi ekonomi dan keuangan negara. Dia
mencontohi khalifah Umar bin Khattab dalam menguatkan islam. Keberhasilan
itu antara lain:
1. Pertanian, khalifah membela dan
menghormati kaum tani, bahkan meringankan pajak hasil bumi mereka, dan ada
beberapa yang di hapuskan sama sekali.
2. Perindustrian, khalifah menganjurkan
untuk beramai-ramai membangun berbagai industri, sehingga terkenallah beberapa
kota dan industri industrinya.
3. Perdagangan, segala usaha di tempuh
untuk memajukan perdagangan seperti:
a. Membangun dan tempat-tempat istirahat di
jalan-jalan yang dilewati kafilah dagang.
b. Membangun armada-armada dagang.
c. Membangun armada : untuk melindungi
partai-partai negara dari serangan bajak laut.
b. Perkembangan bidang pertanian
Pertanian maju pesat pada awal
pemerintahan Dinasty Abbasiyh karena pusat pemerintahannya berada di daerah
yang sangat sabar, di tepian sungai yang dikenal dengan nama sawad. Pertanian
merupakan sumber utama pemasukan negara dan pengolahan tanah hampir sepenuhnya
dikerjakan oleh penduduk asli, yang setatusnya mengalami peningkatan pada masa
rezim baru. Lahan-lahan pertanian yang terlantar dan desa-desa yang hancur di
berbagai wilayah kerajaan diperbaiki dan dibangun secara perlahan-lahan. Mereka
membangun saluran irigasi baru sehingga membentuk ‘’jaringan yang sempurna’’
Tanaman asal irak terdiri atas gandum,
padi, kurma, dan rami, daerah yang sangat subur berada dibantaran tepian sungai
ke selatan, sawad, yang menumbuhkan berbagai jenis buah dan sayuran, yang
tumbuh didaerah panas maupun dingin. Kacang, jeruk, terong, tebu, dan beragam
bunga, seperti bunga mawar dan violet
juga tumbuh subur.
Usaha-usaha tersebut sangat besar
pengaruhnya dalam meningkatkan perdagangan dalam dan luar negri. Akibatnya
kafilah-kafilah dagang kaum muslimin selintas segala negri dan kapal-kapal
dagangnya mengarungi tujuh lautan.
Akan tetapi khaliffah Abbasiyah mulai
mengalami kemunduran ekonomi seiring dengan kemunduran dibidang politik. Pada
periode ke II dan seterusnya pendapatan negara menurun sementara pengeluran meningkat lebih besar.
Ini di sebabkan karena wilayah kekuasaan yang semakin sempit (Badri Yatim, 2010
:82).
C. PENGEMBANGAN PERADABAN ILMU
- Ilmu Kedokteran
Ilmu kedokteran merupakan salah satu
ilmu yang mengalami perkembangan yang sangat pesat pada masa Bani Abbasiyah. Pada masa
itu telah didirikan apotek pertama di dunia, dan juga telah didirikan sekolah
farmasi. Tokoh-tokoh Islam yang terkenal dalam dunia kedokteran antara lain
Al-Razi dan Ibnu Sina.
- Filsafat
Proses penerjemahan yang dilakukan umat
Islam pada masa Dinasti Bani Abbasiyah mengalami kemajuan cukup besar.
Para penerjemah tidak hanya menerjemahkan ilmu pengetahuan dan peradaban
bangsa-bangsa Yunani, Romawi, Persia, Syiria tetapi juga mencoba mentransfernya
ke dalam bentuk pemikiran. Tokohnya antara lain adalah al-Kindi, Abu Nasr
al-Faraby, Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, Ibnu Thufail, al-Ghazali dan Ibnu Rusyd.
- Ilmu Hadist
Diantara tokoh yang terkenal di bidang
ini adalah Imam bukhari, hasil karyanya yaitu kitab al-Jami’ al-Shahih
al-Bukhari. Imam muslim hasil karyanya yaitukitab al-Jami’ al-shahih al-muslim,
ibnu majjah, abu daud, at-tirmidzi dan al-nasa’i.
D. KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN BANI ABBASIYAH
Berakhirnya
kekuasaan dinasti Seljuk atas Baghdad atau khalifah Abbasiyah merupakan awal
dari periode kelima. Pada periode ini, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di
bawah kekuasaan dinasti tertentu, walaupun banyak sekali dinasti Islam berdiri.
Ada diantaranya yang cukup besar, namun yang terbanyak adalah dinasti kecil.
Pada khalifah Abbasiyah, sudah merdeka dan berkuasa kembali, tetapi hanya di
Baghdad dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan khalifah yang sempit ini menunjukkan
kelemahan politiknya. Pada masa inilah tentara Mongol dan Tatar menyerang
Baghdad. Kehancuran Baghdad akibat serangan tentara Mongol ini adalah awal
babak baru dalam sejarah Islam, yang disebut masa pertengahan.
Dalam
periodisasi Abbasiyah, masa kemunduran dimulai sejak periode kedua. Namun
demikian, faktor faktor penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba tiba.
Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas, terlihat bahwa apabila khalifah kuat, para
menteri cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil, tetapi jika khalifah
lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan.[1]
Banyak
faktor yang menyebabkan khalifah Abbasiyah menjadi mundur, masing masing faktor
tersebut sangat berkaitan satu sama lain. Beberapa diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Persaingan antar bangsa
Khalifah Abbasiyah didirikan oleh Bani
Abbas yang bersekutu dengan orang orang Persia. Persekutuan dilatar belakangi
oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa Bani Ummayah berkuasa.
Setelah khalifah Abbasiyah berdiri, dinasti Bani Abbas telah mempertahankan
persekutuan itu. Menurut Styzewska, ada dua sebab dinasti Bani Abbas memilih
orang orang Persia daripada orang orang Arab. Pertama, sulit bagi orang orang
Arab untuk melupakan Bani Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas
satu. Kedua, orang orang Arab sendiri terpecah belah dengan adanya ‘ashabiyyah kesekutuan. Dengan demikian,
khilafah Abbasiyah tidak ditegakkan di atas ‘ashabiyah tradisional.
Meskipun demikian, oarng orang Persia
tidak merasa puas. Mereka menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai
dari Persia pula. Sementara itu, bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang
mengalir di tubuh mereka adalah darah (ras) istimewa dan mereka menganggap
bangsa non Arab di dunia Islam.
Selain
itu , wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama sangat luas, meliputi
berbagai bangsa yang berbeda, seperi Maroko, Mesir, Syira, Irak, Persia, Turki
dan India.
Kecenderungan masing masing bangsa untuk
mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyah berdiri.
Akan tetapi, karena para khalifah adalah orang orang kuat yang mampu menjaga
keseimbangan kekuatan, stabilitas politk dapat terjaga. Setelah Al-Mutawakil,
seorang khalifah yang lemah, naik tahta, dominasi tentara Turki tak terbendung
lagi. Sejak itu, kekuasaan Bani Abbas sebenarnya sudah berakhir. Kekuasaan
berada di tangan orang orang Turki. Posisi ini kemudian direbut oleh Bani
Buwaih, bangsa Persia, pada periode ketiga, dan selanjutnya beralih kepada
dinasti Saljug pada periode keempat.
2. Kemerosotan Ekonomi
Khalifah Abbasiyah mengalami
kemunduran di bidang ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang politik.
Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya.
Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar. Pertambahan dana yang besar
diperoleh antara lain dari al-kharaj, semacam
pajak dari bumi.
Setelah khalifah memasuki
periode kemunduran, pendapatan negara menurun, sementara pengeluaran meningkat
lebih besar. Menurunnya pendapatan negara itu disebabkan oleh makin
menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu
perekonomian rakyat, diperingannya pajak, dan benyaknya dinasti dinasti kecil
yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan, pengeluaran
membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat
semakin mewah, jenis pengeluaran makin beragam dan para pejabat melakukan
korupsi.
Kondisi politik yang tidak
stabil menyebabkan perekonomian negara berantakan. Sebaliknya, kondisi ekonomi
yang buruk memperlemah kekuatan politik Bani Abbasiyah, kedua factor tersebut
saling berkaitan dan tak terpisahkan.
3.
Konflik Keagamaan
Fanatisme keagamaan
berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan. Karena cita cita orang Persia tidak
sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka mempropagandakan
ajaran Manuisme, dan Mazdakisme. Munculnya gerakan yang dikenal dengan gerakan
Zindiq ini menggoda rasa keimanan para khalifah. Al-Manshur berusaha keras
memberantasnya. Al-Mahdi bahkan merasa perlu mendirikan jawatan khusus untuk
mengawasi kegiatan orang orang Zindiq dan melakukan mihnah (ujian) dengan tujuan untuk memberantas bidah. Konflik
antara kaum beriman dengan golongan Zindiq berlanjut mulai dari bentuk yang
sederhana seperti, polemic tentang ajaran, sampai kepada konflik bersenjata
yang menumpahkan darah di kedua belah pihak, contohnya adalah gerakan al-Afsyin dan Qaramithah.
Pada saat gerakan ini mulai
tersudut, pendukungnya banyak berlindung di balik ajaran Syi’ah, sehingga
banyak ajaran Syi’ah yang dipandang ekstrem dan dianggap menyimpang oleh
penganut Syi’ah sendiri. Aliran Syi’ah memang dikenal sebagai aliran politik
dalam Islam yang berhadapan dengan paham Ahlussunnah. Antara keduanya, sering
terjadi konflik yang kadang kadang melibatkan penguasa. Al-Mutawakkil , misalnya, memerintahkan agar makan Husein
di Karbela dihancurkan.
Faktor faktor eksternal yang
menyebabkan khilafah Abbasiyah lemah dan akhirnya hancur. Pertama, perang
salib, yang berlangsung beberapa gelombang atau periode yang menelan banyak
korban. Kedua, serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam. Sebagian
telah disebutkan, orang orang Kristen Eropa terpanggil untuk ikut berperang
setelah Paus Urbaus II (1088-1099 M) mengeluarkan fatwanya. Perang Salib juga
membakar semangat perlawanan orang orang Kristen yang berada di wilayah
kekuasaan Islam. Namun, diantara komunitas-komunitas Kristen Timur, hanya
Armenia dan Maronit Lebanon yang tertarik dengan perang Salib dan melibatkan
diri dalam tentara Salib itu.[2]
BAB
III
PENUTUP
Simpulan
Daulah
Bani Abbasiyah diambil dari nama Al-Abbas bin Abdul Muntholib, paman Nabi
Muhammad SAW. Pendirinya adalah Abdullah As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin
Al-Abbas, atau lebih dikenal dengan sebutan Abul Abbas As-Saffah. Daulah Bani
Abbasiyah berdiri antara tahun 132-656 H/ 750-1258 M. Lima setengah abad
lamanya keluarga Abbasiyah menduduki singgahsana khalifah Islamiyah. Pusat
pemerintahan Bani Abbasiyah terletak di kota Baghdad. Pada zaman pemerintahan
Bani Abbasiyah kesuksesan yang dicapai oleh Bani
Abbasiyah dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, sistem militer, dan perkembangan peradaban
ilmu pengetahuan.
Pada periode kelima, dinasti Abbasiyah mengalami kemunduran, diantaranya
wilayah kekuasaan khalifah di Baghdad yang
sempit menunjukkan kelemahan politiknya.
DAFTAR
PUSTAKA
Lapidus
Ira M, 1999, Sejarah Sosial Umat Islam,
Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Al-Usairy
Ahmad, 2003, Sejarah Islam, Jakarta Timur : Akbar Media
Supriyadi, Dedy. 2008. Sejarah
Peradaban Islam. Semarang : PT. Pustaka Rizki
Putra
Yatim Badri, 2010. Sejarah
Perdaban Islam. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada
0 comments:
Post a Comment