Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Falsafah Ilmu Kesatuan
Disusun
oleh:
1. Fahrur
Rozi (1501046026)
2. Siti
Alfy (1501046027)
3. Nurul
Eka Wahyu H (1501046028)
PENGEMBANGAN
MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
I.
PENDAHULUAN
Gerakan Islamisasi Ilmu Pengetahuan dilatarbelakangi oleh kenyataan
bahwa peradaban modern ini berada dalam kondisi krisis. Penyebab terjadinya
krisis tersebut antara lain tersisihkannya dimensi ilahiah dalam kehidupan
manusia seperti krisis lingkungan sebagai akibat pengurasan dan pengrusakan
sumber daya alam.
Peradaban modern tidak dapat dipisahkan dari ilmu pengetahuan
modern, karena ilmu pengetahuan modern merupakan salah satu tiang penyangga
utamanya. Gregory Bateson menyatakan bahwa munculnya berbagai macam bencana
adalah akibat kesalahan-kesalahan epistemologi Barat. Melihat kenyataan seperti
itu, dewasa ini banyak pemikir, baik di kalangan pemikir Barat sendiri maupun
di kalangan pemikir Muslim, yang merasa sangat berkepentingan untuk mengkaji
ulang secara kritis terhadap ilmu pengetahuan modern, terutama dengan landasan
epistemologinya, dan berusaha untuk menemukan paradigma ilmu pengetahuan
alternative yang diharapkan dapat lebih membahagiakan umat manusia. Di kalangan
intelektual Muslim usaha itu dikenal dengan Islamisasi Ilmu Pengetahuan.
Dalam gerakan Islamisasi ilmu pengetahuan ini kita dapat menyebut
tokoh-tokoh yang utama seperti Seyyed Hosein Nasr, Mohammad Naquib al-Atas, dan
tentunya Ismail Raji al-Faruqi. Dalam makalah ini kita akan mengetahui siapakah
ismail al-Faruqi dan bagaimana pemikirannya tentang Islamisasi Ilmu
Pengetahuan.
II.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apakah yang dimaksud dengan integrasi sains?
2.
Bagaimanakah
kehidupan, karya Ismail Raji al-Faruqi?
3.
Bagaimanakah
pemikiran al-Faruqi tentang Islamisasi Ilmu Pengetahuan?
III.
PEMBAHASAN
A.
Biografi Ismail Raji Al-Faruqi
Ismail Raji
al-Faruqi dilahirkan di Jaffa, Palestina, pada 1 Janurari 1921. Faruqi
mengenyam pendidikan yang menjadikannya menguasai tiga bahasa, yakni Arab,
Perancis dan Inggris. Faruqi belajar di sekolah masjid, sekolah Katolik
Perancis, College de Freres (St. Joseph) di Palestina, dan memperoleh
gelar sarjana muda di Universitas Amerika di Beirut pada tahun 1941.
Setelah menyelesaikan pendidikan hingga mencapai gelar sarjana
muda, al-Faruqi kemudian bekerja sebagai pegawai pemerintah Palestina di bawah
mandate Inggris selama empat tahun. Karena prestasinya yang baik, kemudian ia
diangkat menjadi Gubernur propinsi Galilee pada 1945. Pada tahun 1947 propinsi
ini direbut Israel. Dengan demikian , al-Faruqi merupakan gubernur terakhir di
Galilee. Kemudian pada tahun 1948 al-Faruqi meninggalkan Palestina setelah
pembentukan negara Israel dan hijrah ke Amerika.
Di Amerika al-Faruqi melanjutkan studinya di Indiana University hingga
meraih gelar master dalam bidang filsafat. Al-Faruqi juga memperoleh gelar
Master dari bidang yang sama dari Harvard University dengan tesis yang berjudul
On Justifying the Good: Metaphysics and Epistemology of Value (Pembenaran
tentang Kebaikan: Metafisika dan Epistemologi Nilai). Sedangkan gelar doktornya
diperoleh dari Indiana University pada tahun 1952 dalam bidang filsafat.
Al-Faruqi juga sempat mendalami kajian Islam di University Al-Azhar, Kairo,
Mesir, selama empat tahun, yakni pada tahun 1954-1958.
Selama
karir akademiknya, al-Faruqi telah melakukan kegiatan akademik, baik mengajar
maupun melakukan penelitian pada pusat pusat utama ilmu di Barat dan Islam. Ia
pernah menjadi guru besar tamu studi Islam di Institute of Islamic Studies (Institut
Studi-Studi Islam) dan Faculty of Difinity (Fakultas Teologi), McGill
University, Kanada pada tahun 1959-1961. Pada tahun 1961-1963, ia menjadi
profesor Studi-Studi Islam di Institut Pusat Riset Islam, di Karachi, Pakistan.
B.
Pengertian Integrasi Sains
Secara etimologis, integrasi merupakan kata
serapan dari bahasa Inggris yaitu integrate, integration yang kemudian
dalam bahasa Indonesia menjadi integrasi yang berarti menyatu padukan, penggabungan, atau penyatuan menjadi satu kesatuan yang utuh. Secara terminologis,
integrasi ilmu adalah pemaduan antara ilmu-ilmu yang terpisah menjadi satu kepaduan ilmu,
dalam hal ini adalah penyatuan antara ilmu-ilmu yang bercorak agama dengan ilmu-ilmu yang bersifat umum.
Integrasi sains muncul dimulai sejak abad ke
9. Lembaga pendidikan Islam telah memberikan materi-materi ilmu keagamaan
seperti tafsir, fiqh, hadis dan juga memberikan berbagai disiplin ilmu modern
yang diadopsi dari daerah Barat. Inilah yang dimaksud integrasi antara ilmu dan
agama.
Islamisasi ilmu pengetahuan menurut al-Faruqi
diartikan sebagai upaya pengintegrasian ilmu modern dengan khasanah warisan
Islam. Dengan demikian umat Islam harus membagi dan mengklasifikasikan disiplin
ilmu-ilmu modern yang sesuai dengan pandangan dunia dan nilai nilai Islam.[1]
C. Integrasi Sains Menurut Ismail Raji Al-Faruqi
Menurut al-Faruqi, akibat dari paradigm yang
sekuler, sains modern terpisah dari nilai nilai tauhid: suatu prinsip global
yang mencakup lima kesatuan, yaitu kesatuan Tuhan, kesatuan alam, kesatuan
kebenaran, kesatuan hidup, dan kesatuan umat manusia. Jelasnya, sains modern telah lepas dari nilai-nilai teologis.[2]
Terpisahnya sains modern ini memberikan dampak negatif. Pertama,
dalam aplikasinya, sains modern melihat alam beserta hokum dan polanya,
termasuk manusia sendiri, hanya sebagai sesuatu yang bersifat material dan
incidental yang eksis tanpa intervensi Tuhan. Kedua, secara metodologis, sains
modern ini menjadi sulit diterapkan untuk memahami realitas sosial masyarakat
Muslim yang mempunyai pandangan hidup berbeda dari Barat.[3]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
tulisan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
0 comments:
Post a Comment