Front Pembela Islam (FPI) Serukan Aksi Jihad, |
Dari gambar diatas kita tahu bahwa Islam terlihat seperti singa yang haus akan darah kerakusan dan penindasan. Yang terlintas dibenak kita ketika melihat gambar tersebut ialah Islam seakan berdakwah dengan pedang bukan dengan teladan (akhlaqul karimah). Padahal Islam adalah agama yang damai, Islam merupakan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad dari Allah melalui malaikat Jibril untuk disampaiakan kepada Umatnya, namun tidak demikian caranya dengan seenaknya sendiri yakni dengan penindasan dan kekerasan yang tak berperi kemanusiaan.
Agama Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian kepada
umatnya bahkan kepada seluruh umat manusia, sekaligus agama yang rasional dalam
menyikapi perdamaian itu. Bahwa perdamaian tidak bisa ditumpukan kepada satu
pihak saja melainkan juga harus diusahakan oleh semua pihak yang terlibat di
dalamnya.
Dalam konteks yang demikian, umat Islam akan menyandarkan
kedamaian hidupnya kepada Allah yang menjanjikan surga. Maka kita jalani saja
peran kita sebagai hamba Allah untuk melangsungkan rencana-rencanaNya.
Orang-orang baik akan menemui kebaikan-kebaikan yang dianugrahkan Allah
kepadanya. Jadi jelaslah sekarang posisi umat Islam dalam kancah peradaban
dunia bahwa umat Islam harus mengambil peran yang mendinamisasikan perdamaian
global tanpa harus kehilangan rasionalitasnya. Umat Islam harus menjadi juru damai
karena memang itulah misi kita sebagai umat Islam menciptakan tatanan
masyarakat yang adil sejahtera bagi seluruh umat manusia didalam Ridha Allah,
Sang Maha Pemurah “masyarakat rahmatan lil alamin”.
Menurut Gusdur bahwa Islam bukan agama kekerasan, benturan
antar ”kebenaran” terjadi saat orang-orang berani mengambil-alih jabatan Tuhan,
fungsi Tuhan, dan kerjaan Tuhan. Padahal, dalam ajaran tauhid, urusan kebenaran
adalah hak prerogratif Tuhan, jadi bagaimana kita berusaha meminimalkan
benturan itu menjadi sifat yang toleran dan welas asih terhadap sesama,
membenarkan yang salah dengan hati dan akal sehat, dengan opini otak yang
cerdas dan cendekiawan bukan dengan okol tangan atau senjata, membangunkan kaum
Muslim yang tertidur dengan trik-trik yang memaksa mereka berpikir supaya
mereka terpaksa giat belajar, jangan cuma puas sebagai sampah yang bangga
dengan fatwa-fatwa yang seolah lahir dari egoisme belaka. Sekarang ini kita
adalah mayoritas di dunia, bagaimana bila kita jadi yang minor. Masihkah kita
berani vokal berjubah hadist dengan mengesampingkan hati dan akal sehat.
Jihad adalah perjuangan untuk mencapai hal yang lebih baik
kemasa depan dalam kondisi rahmatan lil alamin. Meskipun membolehkan perang dan
membunuh lawan, dengan sangat jelas Allah melarang perbuatan yang
berlebih-lebihan melampui batas, dan Allah tidak suka kita berbuat yang
melampui batas karena tidak membuat semuanya menjadi lebih baik. Hawa nafsu,
kemarahan harus ditundukkan oleh akal sehat dan keikhlasan. Mencegah
kemungkaran harus dalam orientasi untuk amar ma’ruf. Untuk membangun kehidupan
yang lebih baik bukan untuk menghancurkannya.
Jelaslah bahwa, dalam ajaran Islam tidak mengajarkan tentang
kekerasan dalam berdakwah. Malahan Islam mengajarkan tentang perdamaian yang
membawa kepada jalan yang benar. Mungkin, semua agama baik Islam maupun agama
yang lainnya, tidak akan mengajarkan kepada umatnya untuk berbuat kekerasan.
Jadi, kesimpulannya ialah, masalah dakwah yang sedang berlangsung saat ini
ialah terletak pada nafsu masing-masing dari individu, yang mana nantinya
memprofokatori lainnya. Waspadalah dalam berteman dan bergaul kepada orang
lain. Boleh berteman kepada siapapun, namun ambillah hikmah dari pertemanan
itu, jangan ambil yang kurang baik, atau bahkan mengikuti perilaku yang tidak
baik darinya. Kalau bisa kita yang mempengaruhi mereka untuk berbuat baik dan
mengedepankan akhlaq karimah dalam konteks perdamaian. Kata Gusdur “Kita butuh
Islam ramah, bukan Islam marah”.
0 comments:
Post a Comment